![]() |
Pedagang di Desa Mon Geudong Menolak Digusur |
LHOKSEUMAWE, SAMUDERPOS.com - Penertiban pedagang di Desa Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe berakhir ricuh dan saling adu jotos, hari Senin (16/01/2023) pukul 11.20 Wib.
Hal itu terjadi karena para pedagang yang berjualan di pinggiran jalan itu menolak untuk digusur oleh sejumlah pihak keamanan yang hadir.
Mereka berdalih, lapak dagangan mereka tidak menganggu lalu lintas jalan umum, sehingga menolak keras jika harus digusur.
"Mengapa kami harus digusur, kami berjualan tidak menganggu jalan umum," kata salah satu pedagang kepada awak media.
"Kami pedagang kecil, dagang cuma buat beli beras, kami miskin dan lihatlah rumah kami ada anak-anak yatim yang harus dibesarkan," ungkap salah satu pedagang lainnya.
Selain itu, kepada sejumlah awak media para pedagang itu juga mengaku dicekik dan dipukul. Mereka sangat tidak terima perilaku aparat keamanan yang bertingkah arogan dan berlaku kasar.
"Kami Ibu-ibu tega kalian cekik leher kami dan kalian pukul, kalian hidup nikmat tiap bulan di gaji negara, kami kalau digusur mau makan apa, buka hati dan pikiran kalian," Ungkap salah satu pedagang lainnya.
Sementara itu, Heri Maulana selaku Pelaksana Harian Kepala Satpol PP Lhokseumawe saat dihubungi via panggilan seluler menjelaskan, sebelumnya kami sudah beberapa kali menyurati para pedagang untuk segera pindah ke lokasi yang baru yang bertempat di lokasi Joging Track.
Namun setelah beberapa kali kami beri waktu masih ada yang tidak mau mengindahkan peringatan tersebut, sehingga sudah saatnya harus dilakukan penertiban.
Secara aturan memang tidak dibolehkan mendirikan bangunan di tempat fasilitas umum dan pinggiran jalan.
"Berjualan boleh, tetapi tidak boleh membangun bangunan di tempat fasilitas umum, apalagi itu daerah lingkungan perkantoran," kata Heri.
Heri melanjutkan, kami sudah informasikan agar penertiban pedagang dilakukan dengan cara yang baik, yaitu dengan pendampingan dari pihak TNI dan Polri.
Kepada para anggota saya juga sudah informasikan tidak membawa sangkur dan alat keras lainnya.
"Anehnya, kami melihat masyarakat yang membawa kayu, itu kan alat keras, bahkan TNI, Polri, dan anggota kita Satpol PP yang diserang sampai mereka memaki dan mengatakan sumpah serapah kepada kami," tutur Heri dengan nada kesal.
Sambungnya, dalam waktu dekat mungkin kita akan melakukan penertiban dengan menggunakan alat berat, dan kita grader saja itu semua jika masih melawan. (Mrz)