SAMUDERAPOS.id
SAMUDERAPOS.id

Dinkes Lhokseumawe Paparkan Bahaya Penyakit Tidak Menular dan Pencegahannya

Jajaran Dinkes Lhokseumawe selalu koordinasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat di Kota Lhokseumawe. FOTO | ISTIMEWA 

LHOKSEUMAWE | SAMUERAPOS.COM -- Menjaga kesehatan tubuh merupakan salah satu hal penting bagi kita untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik di masa yang akan datang. Karena hanya dengan demikian, tubuh akan bisa terhindar dari berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan saat harian kita menjalankan aktivitas sehari-hari.

Menurut jenisnya, penyakit dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular adalah perpindahan penyakit dari orang yang sakit ke orang yang sehat. Sedangkan penyakit tidak menular adalah sebuah penyakit yang tidak mengalami proses pemindahan dari orang lain, namun menjadi penyebab kematian paling banyak bagi masyarakat.

Demikian dikatakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Safwaliza melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Lhokseumawe Cut Fitri Yani kepada media Samuderapos belum lama ini di ruang kerjanya.

Menurut Kabid Kesmas ini, macam-macam penyakit tidak menular berikut ini adalah berbagai macam penyakit yang tergolong tidak menular, diantaranya adalah; Penyakit jantung, Kanker, Diabetes, Penyakit paru kronik, dan Stroke.

Cara Mencegah Penyakit Tidak Menular
Melihat bahaya yang ditimbulkan dari berbagai penyakit yang tidak menular tersebut, maka penting bagi kita untuk mengetahui cara pencegahan penyakit tidak menular, diantaranya adalah sebagai berikut:

Batasi konsumsi gula, garam, dan lemak secara berlebihan, Rutin melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari, Tidak merokok atau terpapar asap dan residu rokok, Jaga berat badan ideal dan cegah obesitas

Cegah Penyakit Tidak Menular 

Lanjut Cut Fitri, cek kesehatan secara teratur, dengan menjalankan berbagai cara mencegah penyakit tidak menular tersebut, diharapkan mampu meminimalisir kemungkinan terserang penyakit yang akan mengganggu segala aktivitas kita.

Tetap terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat apabila mengalami gejala penyakit, agar bisa segera mendapatkan penanganan secara cepat dari petugas kesehatan.

Penyakit Tidak Nenular penyebab Kematian Tertinggi

Ditambahkan Cut Fitri Yani, dalam satu dekade ini, penyakit tidak menular menjadi global pandemik. Bahkan 80 persen kasus kematian di negara berkembang disebabkan oleh itu.

"Berdasarkan data tahun 2019, untuk Indonesia kebanyakan penyakit yang tidak menular itu menjadi penyumbang tertinggi kasus kematian," katanya.

Penduduk yang mengalami hipertensi atau darah tinggi meningkat menjadi 34,1 persen, diabetes 8,5 persen, dan obesitas 41 persen.
"Semua itu ditambah dengan tingginya insiden penyakit menular seperti TBC, HIV AIDS, dan lain-lain. Diperparah juga dengan COVID-19," kata dia.

Data aplikasi Sehat IndonesiaKu yang diterbitkan Kemenkes per 2 Desember 2022, dari 6.270.759 orang yang melakukan deteksi dini PTM, diperoleh gambaran sebanyak 2.453.689 orang (39.13 persen) obesitas, 1.941.170 (30.96 persen) hipertensi, dan 138.415 orang (2.21 persen) diabetes melitus tipe 2.

Pada tahun 2020, angka insiden TBC di Indonesia masih sebesar 301 per 100.000 penduduk dengan angka kematian 34 per 100.000 penduduk.

Kelompok umur yang menderita HIV dan AIDS terbanyak ada pada usia produktif, yakni 69,7 persen usia 25-49 tahun dengan HIV positif dan 34,2 persen usia 30-39 tahun dengan AIDS.

Pemicunya adalah kurangnya aktivitas fisik, konsumsi gula, garam, lemak yang tinggi, konsumsi makanan yang tidak mengikuti pola gizi seimbang, serta konsumsi tembakau yang tinggi, terutama pada kelompok anak usia sekolah.

Jaga pola hidup sehat

Oleh karena itu, ujar dia, terdapat payung hukum berupa Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang telah dicanangkan.

"Ini menjadi poros utama dalam pengendalian faktor risiko masyarakat demi sumber daya manusia berkualitas," kata Cut Ftri Yani.

Merujuk Surat Edaran Direktur Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan Nomor HK.02.02/C/863/2023 Tentang Percepatan Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular Prioritas  pada 1 Maret 2023 bahwa Indonesia tengah menghadapi beban tinggi penyakit katastropik seperti stroke, penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, ginjal dan kanker.

Dan faktor risiko tertinggi penyebab kematian dan kesakitan dari penyakit tidak menular (PTM) adalah hipertensi, merokok, asupan gula, garam dan lemak tinggi, serta indeks massa tubuh tinggi (berat badan berlebih).

Permasalahannya adalah sedikit dari penderita PTM yang mengetahui dirinya sedang sakit,  Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan hanya 3 dari 10 orang penderita penyakit tidak menular yang mengetahui dirinya sakit.

Sebenarnya Jika faktor risiko dan penyakit tidak menular segera diketahui lebih dini maka angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini dapat ditekan, pembiayaan kesehatan menjadi lebih kecil, produktifitas dan kualitas hidup masyarakat menjadi meningkat. Memperhatikan hal tersebut Dinas Kesehatan Kota melakukan upaya Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular (PTM).

Pada 15 Maret 2023 terkait deteksi dini Penyakit Tidak Menular (PTM) Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melalui Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak menular dan Kesehatan Jiwa melakukan Rapat koordinasi Lintas sektor Deteksi Dini faktor Risiko PTM . Kegiatan yang dilksanakan di Saphire Hotel tersebut dihadiri lintas sektor (OPD) terkait Kepala Puskesmas dan utusan Kemantren.

“Rapat koordinasi ini dilakuka sebagai upaya untuk mempertajam upaya dan mendisain peningkatan cakupan detekai dini faktor risiko PTM pada usia 15 tahun ke atas dan konsolidasi rencana kegiatan terpadu bersama lintas sektor utk upaya pencegahan dan pengendalian PTM khususnya Diabetes Mellitus”, jelas dr. Iva Kusdyarini Kepala Seksi PTM dan Keswa terkait dengan kegiatanm tersebut.

"Diharapkan dengan peran lintas sektor dalam pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) dapat segera dilakukan tindakan dan  tatalaksana sehingga kejadian penyakit risiko perburukan dapat dicegah”.

Dinas Kesehatan merupakan salah satu perangkat Pemerintah Kota Lhokseumawe yang mempunyai tugas dan fungsi membantu Walikota di Bidang Kesehatan.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80 persen kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. 73% kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit
kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15%
disebabkan oleh PTM lainnya.

Keprihatinan terhadap peningkatan prevalensi PTM telah mendorong lahirnya kesepakatan tentang strategi global dalam pencegahan dan
pengendalian PTM, khususnya di negara berkembang. PTM telah menjadi isu
strategis dalam agenda SDGs 2030 sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit
menular dan Penyakit Tidak Menular.

Perubahan pola penyakit tersebut sangat
dipengaruhi antara lain oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat,  transisi demogra, teknologi, ekonomi dan sosial budaya. Peningkatan beban akibat PTM sejalan dengan meningkatnya faktor risiko yang meliputi meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas,
pola makan tidak sehat, kurang aktivitas sik, dan merokok serta alkohol.

Program Kemenkes lainnya yang disinergikan dengan program PTM utama adalah pengendalian gangguan indera serta yang berfokus pada gangguan penglihatan dan pendengaran serta gangguan disabilitas.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi gangguan pendengaran secara nasional sebesar 2,6% dan prevalensi ketulian sebesar 0,09%.

Hasil survei Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB) menunjukkan bahwa
prevalensi kebutaan atas usia 50 tahun Indonesia berkisar antara 1,7% sampai dengan 4,4%. Dari seluruh orang yang menderita kebutaan, 77,7% kebutaan disebabkan oleh katarak. 

Penyebab lain dari kebutaan di Indonesia adalah kelainan di segmen posterior bola mata (6%), glaucoma (2,9%), dan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi (2,3%). Pada prevalensi gangguan pendengaran ditemukan 2,6 % dan ketulian sebesar 0,09 %. Sedangkan pada Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 disebutkan prevalen

Dengan demikian kata Cut Fitri, Dinkes Lhokseumawe kembali meningkatkan advokasi kebijakan yang berpihak terhadap program
kesehatan dan sosialisasi P2PTM. Mendorong penguatan komitmen dari pengambil kebijakan untuk mendukung program P2PTM terutama dalam alokasi sumber daya daerah.

Memberikan informasi dan pemahaman potensial produktitas serta potensial ekonomi yang hilang akibat P2PTM kepada para pengambil kebijakan lintas sektor., Menumbuhkan kesadaran bahwa masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama.

Mendorong advokasi lintas sektor untuk mewujdukan pembangunan berwawasan kesehatan (Health in All Policy = HiAP)., Melaksanakan upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif
secara komprehensif, Menyebarluaskan secara masif sosialisasi pencegahan dan pengendalian, faktor risiko PTM kepada seluruh masyarakat.
Langkah langkah pencegahan 

Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui penerapan budaya perilaku CERDIK. Melakukan deteksi dini dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM baik di Posbindu maupun di fasilitas pelayanan kesehatan. Melakukan penguatan tata laksana kasus sesuai standar.

Meningkatkan program peningkatan kualitas hidup (perawatan paliatif) sesuai ketentuan.

Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia , Meningkatkan kapasitas SDM sesuai jenjang fasilitas pelayanan kesehatan dan kompetensi didukung dengan penganggaran pusat maupun secara mandiri oleh daerah. Mendorong ketersediaan SDM secara kualitas maupun kuantitas. Mendorong pemanfaatan SDM yang ada di masyarakat baik dilingkup
awam, akademisi, pegawai pemerintah dan swasta maupun organisasi profesi.

Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans, Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai ketentuan. Mengoptimalkan dan mengintegrasikan sistem informasi yang dibangun oleh pusat maupun yang diupayakan oleh daerah. Melakukan evaluasi dan menindaklanjuti hasil pendataan secara
berkala dan dijadikan bahan pengambilan keputusan secara berjenjang untuk perbaikan program.

Mendorong dilakukannya penelitian PTM yang diperlukan. Penguatan jejaring dan kemitraan melalui pemberdayaan masyarakat, Melibatkan peran serta tokoh masyarakat dan kelompok potensial lainnya. Mengintegrasikan kegiatan program dalam pelaksanaan hari-hari besar yang diwilayah masing-masing untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap P2PTM terutama pencegahan terhadap faktor  resiko (mis. melakukan deteksi dini faktor resiko massal pada hari-hari besar).

Berkoordinasi dengan lintas program terkait untuk memastikan ketersediaan sarana prasarana, obat dan SDM, penerapan mutu pelayanan meliputi akreditasi dan tatalaksan kasus sesuai standar. Berkoordinasi dan menguatkan kemitraan dengan pihak swasta
lainnya, demikian tutup Cut Fitri Yani Kabid Kesmas Dinkes Lhokseumawe. (ADVERTORIAL)



Lebih baru Lebih lama