![]() |
Pengajian Kitab Kuning bersama ABI MUDI |
SAMALANGA | SAMUDERAPOS.com -Dalam rangka mencetak generasi penerus pada pendidikan salafy (dayah/pesantren) dimulai dari kesiapan tiga komponen. Bila ketiga komponen ada saat proses pendidikan salafy berjalan pada seseorang anak ketika menuntut ilmu, maka berpeluang besar anak tersebut akan sukses dan berhasil.
Ketiga komponen tersebut adalah satu, adanya tekad dan kemauan sendiri anak untuk belajar di dayah dengan sungguh sungguh. Kedua, adanya guru yang mengajari dengan penuh ke ikhlasan dan serius agar anak yang diajarinya bisa menerima ilmu dengan baik dan sempurna.Ketiga, adanya doa dan dukungan orang tua selama berlangsung nya proses pembelajaran di dayah, demikian di sampaikan oleh Tgk H. Zahrul Hasanoel, MA atau yang sering di sapa ABI MUDI dalam satu pengajian belum lama ini di Samalanga, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh.
Abi Mudi menjelaskan, ketiga komponen diatas harus ada secara bersamaan dan beriringan, tidak boleh salah satu dari unsur komponen tersebut tidak ada. Karena ketiganya saling berhubungan langsung antara satu dengan lainnya dalam mencetak seorang anak sukses belajar di dayah atau pesantren.
Salah satu contoh sebut Abi Mudi adalah doa dan dukungan orang tua. Orang tua satu komponen utama terhadap keberhasilan seorang anak belajar di dayah. Apabila tidak ada atau terlihat kurang dukungan maka anak yang belajar di dayah di khuatirkan akan gagal untuk sukses.
Misalkan, ketika ada acara acara keluarga di kampung, baik itu walimah, turun tanah, khanduri blang dan lain lain tidak boleh seorang ayah itu mengharuskan anaknya yang sedang belajar di dayah pulang. Kalau ini terjadi, berarti dukungan orang tua terhadap anak yang sedang menuntut kurang bahkan tidak ada, ujar Abi Mudi.
Bahkan Abi Mudi memberi tamsilan dalam bahasa Aceh " bek na manok mate saboh ka yu woe aneuk u gampong" jangan ayam mati di kampung suruh pulang anak, seru Abi Mudi yang membuat ketawa para jamaah pengajian.
Kalau ada hal hal seperti diatas, anaknya disuruh pulang, berarti dukungan orang tua secara moril dan meteril sangatlah kurang. Dukungan doa saja tanpa diimbangi dengan dukungan moril juga bagian dari kegagalan seorang anak belajar di dayah, ungkap Abi Mudi yang dari kecil hingga sekarang tidak berhenti belajar kitab- kitab kuning.
Secara realita dan lurahwi, semua orang tua agar anaknya selalu bersama dan sangat berat untuk melepaskan anaknya belajar ke dayah yang sifatnya mondok. Pola pikir semacam ini keliru dan sangat keliru, sebab sedih orang tua berpisah sekarang belumlah apa apa, bahkan lebih dasyat sedih nya bila nanti dia tumbuh besar tanpa di bekali ilmu, khususnya ilmu agama, tandas Abi Mudi.
Hakikatnya, membekali seorang anak ilmu agama adalah tugas dan kewajiban orang tua terhadap anak, karena dengan ilmu seorang anak bisa membedakan mana yang haq dan bathil. Serta dapat mencetak anak-anak generasi yang birrul walidin saat orang tuanya renta dan meninggal.
Kekhuwatiran yang amat besar kelak bila anak-anak awam dan fakir terhadap ilmu agama. Bahkan Rasulullah SAW pernah berpesan kepada sahabat-sahabatnya, tidak pernah aku takuti bila umatku dalam kefakiran harta, namun yang aku takuti adalah bila umatku nanti dilanda kefakiran ilmu, demikian ucap Abi Mudi mengakhirinya. (SP/DAHLAN)