![]() |
Laporan acara sosialisasi adat istiadat, budaya dan kearifan lokal oleh Kepala Sekretariat MAA Tgk. Marzuki, SE.MSM_ SAMUDERAPOS/DAHLAN |
LHOKSEUMAWE | SAMUDERAPOS.COM - Majelis Adat Aceh (MAA) Kota Lhokseumawe kembali melakukan acara sosialisasi adat istiadat Aceh yang berlangsung di Hotel Diana Desa Mon Geudong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe, Selasa 25 Oktober 2022.
Adapun sosialisasi tersebut mengusung tema Revilitasi nilai nilai budaya dan kearifan lokal di Aceh. Dengan pemateri disampaikan langsung oleh Tgk. H.M. Djalil Hasan selaku ketua MAA Kota Lhokseumawe, Drs. Tgk H. M. Nasir Aly. selaku Wakil ketua MAA Kota Lhokseumawe, yang dipandu secara live oleh Tgk Marzuki, SE., M.S.M selaku moderator..Demikian disampaikan oleh Tgk. Marzuki, SE, M.S.M, kepala sekretariat MAA Kota Lhokseumawe kepada media samuderapos pagi tadi di Lhokseumawe.
Menurut Tgk Marzuki, acara sosialisasi tersebut di ikuti oleh ratusan pelajar tingkat atas atau sederajat (SMA/SMK)
se Kota Lhokseumawe. Sebanyak 36 orang dan 6 orang dari guru pendamping masing masing sekolah.
Sedangkan tema charasteristik sikap dan perilaku generasi muda dalam mewariskan adat lewat pendidikan formal, disampaikan oleh narasumber Drs. Tgk H. M Nasir Aly SE. Wakil ketua MAA Kota Lhokseumawe.
Tgk. M. Nasir Aly selaku narasumber kedua mengatakan, sebagaimana kita ketahui bersama, Islam sebagai agama wad’un ilāhiyyun, senantiasa sejalan dengan budaya masyarakat selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan doktrin Islam.
Karena doktrin tersebut memasuki masyarakat dan mewujudkan diri dalam konteks sosial budaya (Islamicate) pada masing-masing wilayah atau kawasan, ucap Tgk Nasir Aly, alumni dayah salafy di Aceh.
![]() |
Ketua MAA Tgk.H.M. Djalil Hasan bersama Tgk. Marzuki |
Sementara itu, Tgk H.M. Djalil Hasan saat penyampaian materi mengatakan, adat istiadat dan kearifan lokal sepertu upacara adat dilakukan untuk perayaan tertentu secara turun-temurun, sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.
Seperti Peusijuek, Fatiharrifah dalam bukunya yang berjudul 100 Tradisi Unik di Indonesia menjelaskan bahwa Peusijuek merupakan tradisi masyarakat Aceh yang dilakukan hampir di semua upacara adat. Baik itu perkawinan, kelahiran, kematian, berangkat haji, selamatan, dan lain sebagainya.
Peusijuek menurut bahasa artinya “Pendingin” serta bertujuan untuk mendoakan atau memberkati sesuatu. Tradisi ini diadakan oleh seluruh tokoh masyarakat desa dan kota yang biasanya dipimpin oleh tokoh agama, urai Tgk H.M Djali Hasan.
Selanjutnya Sumang, merupakan tradisi dari suku Gayo di Aceh yang memiliki keunikan dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Tradisi Sumang merupakan bagian dari budaya Gayo yang masuk ke dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Adat ini terdiri dari empat macam, yaitu Sumang Kenunulen, Sumang Percerakan, Sumang Pelangkahan, dan Sumang Penengonen. Tujuan dari tradisi ini yaitu mendidik manusia agar memiliki akhlak yang mulia dalam kehidupan bermasyarakat.
Selanjutnya Meugang, atau biasa disebut Makmeugang adalah hari kumpul bersama keluarga disertai pesta makan daging pada hari Meugang dihelat di tiga momentum, yaitu pada penyambutan puasa Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha.
Dengan sosialisasi ini, diharapkan kepada seluruh peserta dapat memahami dengan teknis tentang adat istiadat Aceh dan kearifan lokal, sebagai khasanah budaya masyarakat Aceh, yang perlu dijaga dan dilestarikan sepanjang masa, ungkap Tgk. H.M. Djalil Hasan. (SP/LAN/IHSAN)